Langsung ke konten utama

TENTANG WAKTU, MOMEN DAN KENANGAN (WAKTU MENCIPTAKAN MOMEN DAN MENGUBAHNYA MENJADI KENANGAN)



Ada ungkapan bahwa waktu itu terus berjalan. Sadar ataupun tidak kita hidup dalam waktu yang  terus berjalan. Tak peduli apa yang kita rasakan. Bahagia, sedih, susah maupun senang waktu tetap saja teguh pendirian. Berjalan. Terhubung dengan segala hal yang ada dalam kehidupan. Ruang dan jarak pun terus menemaninya. Dengan banyaknya orang yang kita kenal, membuat gambaran peristiwa dalam memori. Dengan segala momentum yang ada pada setiap detiknya, menggambarkan segala kenangan.


Satu momen tercipta dalam hidup kita. Seperti bertemu dengan hal-hal yang baru. Pada saat kita dilahirkan ke alam dunia, kita merasakan alam yang berbeda dari yang sebelumnya. Walaupun kita tidak tahu menahu seperti apa saat kita dalam kandungan. Kita bernafas walau tidak ada yang mengajari cara bernafas.  Kita mendengar walau tidak ada yang mengajari cara mendengar. Kita meraba walau tak ada yang mengajari cara meraba. Kita mencium aroma dunia. Kita melihat sosok malaikat yang cantik nan jelita. Ibu. Yang melahirkan kita kedunia. Yang tulus menerima amanah dari Tuhan. Menyayangi kita. Menyusui, merawat dan membesarkan.

Waktu berjalan dan satu momen tercipta. Kita pasti tidak akan pernah tahu kapan pastinya pertama kali kita bisa berjalan. Setelah kita mencoba belajar merangkak. Perlahan kita berdiri, ingin menyentuh segala benda yang kita lihat. Selalu terjatuh. Tertatih-tatih kita bangkit. Berdiri lagi. Mencoba mengawali langkah pertama kita terus berusaha walaupun itu susah. Yang pada akhirnya saat itu ibu kita tersenyum bangga melihat anaknya berhasil berjalan.

 Waktu berjalan, dan satu momen tercipta. Tanpa kita sadari kita tumbuh menjadi anak kecil yang menggemaskan. Berlari-lari kesana kemari. menyentuh benda ini dan itu. Sering membuat ibu kita cemas saat kita pergi tanpa sepengetahuanya. Berpetualang ke sudut rumah asyik bermain. Saat umur kita mencukupi untuk bersekolah. Kita bersekolah. Bertemu dengan dunia pendidikan untuk kali pertamanya. Belajar membaca. Kita juga mungkin tidak pernah tahu kapan pastinya kita bisa membaca. Setelah kita berusaha menghafal satu demi satu huruf dari a, b, c samapai z. Saat pertama kali kita belajar cara mengeja. Dua sampai tiga huruf kita sambung. ‘’i-b-u bu’’ ‘’ibu’’ satu kalimat yang mungkin pertama kali kita mengejanya. Terus belajar mengeja dengan guru samapai di rumah oleh ibu kita yang tak bosan mengajari. Samapai akhirnya perlahan kita bisa membaca.

 Waktu berjalan dan satu momen tercipta. Kita tumbuh menjadi anak yang pintar. Mulai memasuki masa remaja. Dan mungkin mulai tertarik dengan lawan jenis kita. Entah kapan itu. Kita mulai sering memperhatikan paras dan penampilan di depan cermin. Mulai dengan jelinya memperhias penampilan. Masa yang juga sangat asyik untuk bergaul. Berkenalan dengan orang-orang baru setiap kita lulus sekolah, ke sekolah yang baru. Bermain bersama mereka ke tempat yang indah. Menciptakan cerita baru. Saling berbagi, mengasihi dan juga melengkapi. Saat itu juga kita mengerti apa arti dari kebersamaan dan persahabatan. Sedikit demi sedikit, mulai menghilangkan masa kanak-kanak yang indah dan menyenagkan. Tapi tetap mengingatnya.

 Waktu berjalan berarti satu momen tercipta. Entah pada waktu kapan saja. Atau tempat dimana saja. Atau dengan siapa saja. Seperti layaknya kita berjalan ke suatu tempat. Kita melihat luasnya dunia. Dan pada setiap kita melangkah. Langkah demi langkah ibarat waktu detik demi detik. Melihat apa saja yang baru kita lihat. Mendengar apa saja yang baru kita dengar. Dan merasakan apa saja apa yang kita rasakan. Semua itu begitu saja terjadi. Semakin lama kita tumbuh menjadi dewasa. Mulai memahami mana yang harus di jauhi dan mana yang harus di lakukan. Pola pikir kita juga berubah. Lebih dewasa dari yang sebelumnya. Lebih mengerti apa yang seharusnya dilakukan. Berpikir dengan cermat sebelum melakukan sebuah tindakan. Masa yang juga kita tahu bahwa kita tidak akan selalu hidup dengan orang. Masa dimana kita akan belajar untuk mandiri. Masa dimana kita akan di hadapkan dengan persoalan-persoalan dalam hidup. Yang tidak ada dalam masa remaja saat kita masih menjadi pribadi yang labil. Kita berkelana mencoba untuk hidup dengan mandiri. Mulai memahami betapa kerasnya hidup ini. Mulai bekerja memulai karir dengan apa yang di dapat di sekolah dulu. Kita juga akan mulai memikirkan siapa yang akan menemani kita kelak. Bertemu dengannya, dan melabuhkan hati kita padanya. Menikah.

Waktu berjalan, dan satu momen tercipta. Kita menjalani kehidupan baru. Kehidupan berumah tangga. Kita akan di tuntut untuk membina rumah tangga. Kita akan belajar bagaimana caranya menjadi seorang pemimpin dalam keluarga. Di samping itu kita harus memenuhi kewajiban mencari nafkah. Memberi kasih sayang pada istri dan anak-anak kita. Membina, menjaga dan selalu menyayangi mereka. Mencoba untuk belajar menjadi tauladan yang baik bagi mereka. Membesarkan dan mendidik buah hati. Seperti apa yang dulu kita di besarkan dan di didik. Tentunya dengan kesabaran dan keikhlasan sepenuh hati.

Mungkin kita sudah menua. Kulit kita berkeriput. Uban sudah banyak tumbuh menghiasi kepala. Mungkin pula kita sudah tak sekuat dahulu saat kita masih muda. Dulu mungkin kaki kita sanggup berjalan jauh pergi ke mana pun kita mau. Namun sekarang, untuk melangkah ke halaman luar rumah saja tidak bisa. Dulu mungkin telinga kita bisa mendengar lagu-lagu favorit kita. Namun sekarang untuk mendengar kokokan ayam dan kicauan burung di pagi hari saja tidak bisa. Dulu mungkin mata kita masih bisa melihat betapa indahnya dunia ini. Namun sekarang untuk melihat sudah mulai tidak sejelas dahulu. Dulu mungkin pikiran kita masih bisa mengingat kenangan-kenangan dalam hidup namun sekarang untuk mengenali wajah anak cucu sangat susah.

 Satu momen tercipta berarti satu juga kenangan tercipta. Setelah kita cukup jauh untuk melangkah, akan tersadarkan bahwa berapa jalan yang kita langkahi. Berapa tempat yang kita telah jumpai. Berapa kilometer jarak yang kita lewati. Seberapa terjal jalanan yang kita hadapi. Pun seberapa besar tekad kita untuk terus bejalan pada saat itu. Kita akan sadar bahwa dalam momen-momen yang terlewatkan, terciptalah sebuah kenangan. Berapa banyak momen-momen dalam hidup kita yang sudah menjadi kenangan. Setiap detiknya momen itu tercipta.

 Tapi apakah kita akan menyadari  semua itu? Apakah kita akan sekali-kali mengingat kapan kita pertama kali berjalan, kapan pertama kali kita bisa berbicara, kapan pertama kali bisa membaca. Cukup sulit memang. Itu semua karna waktu terus berjalan. Dan dengan berjalannya waktu akan terus menciptakan momen. Mungkin kita hanya bisa menatap kenangan-kenangan momen itu dari melihat lembaran-lembaran foto. Ya, mungkin itu adalah cara yang mudah untuk kembali melihat peristiwa kita dahulu. Tapi yang pasti adalah, kita akan tahu nilai dari sebuah momen, ketika momen itu sudah menjadi kenangan.
by: M IQBAL IMANULLAH

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Menjadi Asing di Akhir Zaman"

Tulisan ini terinspirasi dari sabda Rasulullah SAW : "Islam bermula dalam keadaan asing. Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu." (HR. Muslim) Perubahan begitu gilanya menjangkiti setiap lini kehidupan. Terutama pada aspek teknologi. Tidak heran jika memang teknologi merupakan aspek yang begitu cepatnya berkembang. Karena sejatinya manusia memiliki kecenderungan untuk tidak mau bersusah payah dalam mencukupi keinginannya. Dari zaman dahulu saja, nenek moyang manusia sudah berpikir bagaimana caranya agar dapat memperoleh makanan dengan mudah, berkomunikasi dengan baik, bepergian dengan waktu yang cepat, bahkan membunuh sesamanya (dalam hal ini perang) dengan menciptakan senjata yang ampuh lagi efektif untuk bisa menang dari lawannya.  Fenomena perubahan itu dengan cepatnya silih berganti dari waktu ke waktu. Dan seperti yang dikatakan oleh orang-orang bijak, hidup itu seperti sebuah koin yang selalu memiliki dua sisi. Te

Lagu Bukan Sekedar Lagu (Bedah Lagu Letto - Sebelum Cahaya)

 "L agu romantis yang sangat Tasawuf"   Bagi kawula muda pasti sudah tidak asing dengan lagu satu ini. Lagu yang rilis di tanah air pada tahun 2007 ini, memiliki lirik yang sangat puitis. Yang biasanya sering didengarkan oleh orang yang sedang jatuh cinta karena kesan romantis yang kental. Tapi tahukah kita, ternyata lagu ini sangat jauh dari kesan di atas. Lagu ini ditulis bukan untuk percintaan sepasang manusia. Melainkan cinta maha besar Tuhan kepada para pecinta-Nya. Tidak percaya? Mari kita bedah lirik dari lagu ini tipis-tipis. Pertama, kita lihat dari judulnya “Sebelum Cahaya”   yang memiliki arti sepertiga malam dan waktu subuh sebelum fajar menyongsong cakrawala. Waktu ini, jika dinukil dari riyawat hadits, adalah waktu di mana Allah dan para malaikat-Nya turun ke bumi. Lalu pada permulaan lagu   “Ku teringat hati yang bertabur mimpi, kemana kau pergi, cinta?” memliki makna bahwasanya Allah menyapa para pecintaNya dengan sebutan “cinta” yang sedang terlela